Sampai saat ini pembangunan ibukota nusantara di Kalimantan Timur masih berlanjut. Keputusan untuk memindahkan ibukota yaitu untuk pemerataan baik dari sisi ekonomi, penduduk maupun pembangunan. Rencananya IKN akan jadi kota yang paling pintar dan eco-friendly di dunia. Namun, pembangunan IKN ini justru menimbulkan banyak kontroversi terkait dampaknya terhadap lingkungan. “Tapi kan IKN merusak hutan kalimantan?” Itu yang paling sering menjadi pertanyaan.
Hutan yang ditebang itu adalah hutan perkebunan monokultur. Artinya hanya 1 jenis tumbuhan saja yang ada di sana, yaitu pohon eucalyptus yang rutin ditebang 6-7 tahun sekali untuk dijadikan bahan kertas, tisu, dll. “Nah oleh Presiden Jokowi dan tim akan dihutankan dalam arti sebenarnya. yang mana akan ditanami berbagai macam tumbuhan lainnya untuk menarik beberapa satwa agar terciptanya ekosistem yang baik.” Ungkap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Pemerintah Indonesia menyadari tantangan ini dan berkomitmen penuh untuk melindungi lingkungan dengan mengusung konsep smart future forest city untuk IKN. Lalu bagaimana penerapan konsep tersebut?
75% wilayahnya yang akan dijadikan hutan tropis dan 25% lagi dijadikan lahan pembangunan. Dari total luas IKN sekitar 320.000 hektar berarti 240.000 hektar akan dijadikan sebagai hutan tropis, yang dimana hutan tropis adalah hutan yang paling tinggi keanekaragaman hayatinya. Untuk setiap bangunan juga akan didukung konstruksi yang ramah lingkungan seperti biomimikri atau proses peniruan teknologi berdasarkan apa yang ada di alam.
Selain itu, transportasi akan diatur khusus untuk menggunakan transportasi umum dan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda atau berjalan kaki. Terkait masalah ini pemerintah tegas berkomitmen bahwa seluruh sumber energi yang digunakan IKN adalah sumber energi terbarukan, contohnya adalah energi angin dan energi surya.
Jadi bagaimana menurut samudran, apakah konsep smart future forest city ini akan efektif dijalankan?
Comments